DEMI IPHONE6 TEGA JUAL KEHORMATAN PACAR
Belakangan
ini di Tiongkok, seorang pria yang menjual pacarnya demi iPhone 6.
Pelajar dari Universitas Songjiang ini berdiri di depan kampusnya dan membawa
papan besar bertuliskan “Berbagi Pacar”. Orang-orang yang tertarik dengan
penawaran ini kemudian mendekat dan mulai melihat-lihat foto dari pacar sewaan
tersebut. Poster layanan pacar sewaan ini juga ada di media sosial. Lelaki ini
tak hanya membagikan foto tetapi juga data-data lengkap seputar pacarnya kepada
pelanggan yang tertarik. Ia juga meyakinkan para pelanggan bahwa sang pacar
melakukan hal ini dengan sukarela.
Untuk
menghabiskan waktu dengan pacar sewaan ini, kita harus menuruti sejumlah aturan.
Meski begitu, dalam perjanjian disebutkan bahwa mereka bisa melakukan lebih
dari sekedar makan bersama, belajar bersama, bermain, atau pergi kencan.
Melihat layanan yang bisa sangat bervariasi tersebut tentu kisaran harga yang
dipatok berbeda-beda. Pria yang jual pacarnya demi iPhone6 ini
mematok tarif sekitar 20.000 rupiah per jam hingga satu juta rupiah per bulan.
Mungkin Anda sudah cukup kaget mendengar berita bahwa ada seorang pria yang menjual
pacarnya demi iPhone6.
Akan
tetapi, ini bukan kasus unik pertama yang terjadi di Tiongkok. Tahun 2012 seorang remaja asal Hunan menjual ginjalnya untuk membeli iPhone dan iPad. Pada
kasus lain juga pernah ditemukan pasangan yang menjual anaknya sendiri di
internet untuk membeli iPhone. Keinginan akan produk apple bisa membuat orang
berlaku tidak rasional.
Fenomena-fenomena yang terjadi di atas dapat dijabarkan dengan teori needs vs wants. Sekarang ini, orang membeli barang bukan karena ia membutuhkan itu. Orang membeli sesuatu karena lucu, keren, banyak digunakan orang, kalau tidak punya barang tertentu bukan orang keren, dll. Hal-hal tersebut menimbulkan sikap konsumerisme pada seseorang.
Faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian :
- Budaya : agama, daerah, ras (peralatan ibadah,....)
- Sosial : keadaan sosial seseorang
- Pribadi : usia/tahap kehidupan, pekerjaan, kondisi ekonomi, lifestyle, kepribadian, konsep diri
- Psikologis : motivasi, persepsi, keyakinan, sikap, pembelajaran.
Sikap konsumerisme dari hal di atas disebabkan oleh faktor pribadi (lifestyle) dan psikologis(gengsi). Seseorang yang berada di tengah-tengah lingkungan yang bergaya hidup serba up to date, pasti orang tersebut tidak ingin ketinggalan jaman. Hal tersebut dapat membuat seseorang memiliki rasa gengsi. Rasa gengsi ini membuat seseorang melakukan hal apapun untuk dapat mencapai apa yang dia mau, seperti menjual pacar, menjual anak, dan menjual ginjal. Tanpa sadar, mereka melakukan segala sesuatu yang sudah di luar nalar seseorang yang pada akhirnya berujung negatif serta merugikan diri sendiri dan orang lain.
Kita boleh mengikuti mode atau apapun itu yang sesuai dengan apa yang ada disekitar kita. Tapi bukan berarti kita harus melakukan sesuatu yang berlebihan untuk mendapatan apa yang kita mau kan? Tetap gunakan logika, hati nurani kita, dan moral. Oke? :)
Untuk tiga paragraf pertama dapat ditemukan dalam artikel http://m.tribunnews.com/internasional/2014/09/19/terobsesi-memiliki-iphone-6-lelaki-ini-tega-jual-kehormatan-pacarnya-di-jalanan
BalasHapusSeharusnya kamu menulis dengan pandangan kamu sendiri bukan sekedar copy-paste dan menambahkan komentar.